Senin, 20 Februari 2017

PerananTIK Dalam Media Pendidikan

                   PerananTIK Dalam Media Pendidikan
 Pengertian Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’ ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Garlach dan Ely (1971) mengatakan media apabila dipahami garis besar adalah manusia materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
 Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian diantaranyaakan diberikan berikut ini. AECT (Assocition of education and Communikacion Technology, 1977) member batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai system penyampaian atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata  mediator  menurut Fleming (1987:234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media menunjukan fungsi atau peranya, yaitu  mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar-siswa dan isi pelajaran. Disamping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya media adalah alat yang menyampaikan atau mengantar pesan-pesan pembelajaran.
Heinich, dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televise, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau atau mengandung maksud-maksud  pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo dalam Latuheru (1993) member batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai pada penerima yang dituju.
Sementara itu, Gagne’ dan Briggs (1975) secara implicit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain adalah buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, tv, dan computer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Istilah media sering kali dikaitkan atau dipergantikan dengan kata “teknologi”yang berasal dari kata latin tekne (bahasa inggris art) dan logos (bahasa Indonesia “ilmu”).
Menurut Webster, “art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi. Dengan demikian, teknologi tidak lebih dari satu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi. Bila dihubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai berikut: perluas tentang konsep media, dimana teknologi bukan sekedar alat, benda, bahan, atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuat, organisasi dan manajement yang berhubungan dengan penerapan ilmu.
Erat hubungannya dengan istilah ”teknologi,“ kita juga mengenal kata teknik. Teknik dalam bidang pembelajaran bersifat apa yang sesungguhnya terjadi antara guru dan murid. Ia merupakan suatu strategi yang khusus. Bahkan Richards dan Rodgers menjelaskan pula bahwa “teknik” adalah prosedur dan praktek yang sesungguhnya didalam kelas. Dari sini nampak jelas bahwa “teknologi” bukanlah pembuat kapal terbang model mutakhir dan semisalnya saja, tetapi melipat-lipat kertas jadi kapal terbang mainan itu juga hasil teknologi; karena itu juga merupakan suatu keterampilan dan seni. Barang kali inilah yang menyebabkan beberapa kalangan lantas membagi pengertian teknologi menjadi dua macam; ada yang disebut teknologi tinggi (canggih), ada pula yang disebut teknologi tradisional. Teknologi pembelajaran agama sementara masih heavy  ke wawasan pengertian teknologi tradisional. Dengan demikian kalau ada teknologi pembelajaran agama misalnya, maka itu akan membahas masalah bagaimana kita memakai media dan alat bantu dalam proses mengajar agama akan membahas keterampilan, sikap, strategi, dan mengajarkan agama[1].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar